2021 and alive

Hello, everyone!
Kembali lagi ke blog tua ini, setelah beberapa bulan yang lalu sempat membuat post pembuka tahun 2021 (yang meskipun tidak di awal tahun). Well, sekarang saatnya membuat post awal tahun yang sesungguhnya. Alhamdulillah, masih diberi kesempatan oleh Yang Maha Kuasa untuk membuat bacotan di blog ini. Mungkin udah gaada yang baca, tapi aku harap aku masih bisa ngepost di sini meskipun tidak konsisten.

Sekarang, sudah memulai bulan pertama di 2021. Dunia masih terus berjuang melawan COVID-19, pandemi yang belum berhenti sejak setahun lebih yang lalu. Indonesia, sedang berjuang dengan berbagai permasalahan yang terus ada. Pandemi membuatnya makin parah, namun aku yakin masih ada jalan terang ke depannya. Dan aku, sudah resmi melepas gelar mahasiswa setelah 5 tahun berkutat di kampus Timur Jawa Dwipa. September kemarin, akhirnya aku berhasil mengikuti ujian kompetensi untuk apoteker, UKAI. November 2020, gelar apt. resmi aku dapatkan dan bisa kusematkan di namaku. Di awal bulan yang sama, aku mendapatkan pekerjaan pertama. Satu langkah untuk tidak menjadi beban keluarga, huh?

Perjuangan di kehidupan profesi tidaklah mudah. Berawal dari Agustus 2020, hanya memiliki waktu libur 5 hari dari yudisium S1 menuju perkuliahan profesi. UNAIR kejam? Tentu bukan barang baru lagi bagi kami yang menjadi bagian dari civitas akademikanya. Belum lagi segala keribetan ketika menjalani kuliah profesi, berbagai jadwal yang datangnya tidak manusiawi. Tentu "Bu Rxxxxx is typing..." selalu menjadi momok bagi kami, baik siang maupun malam. Untungnya, kami angkatan 110 bisa melewati semua itu dengan segala sambatan dan suka duka lainnya. Menjadi angkatan pertama yang menjalani Sumpah Apoteker online, angkatan yang "lolos" dari OSCE sumatif (bahkan kami tidak menjalani OSCE pada ujian kami), dan menjadi angkatan pertama yang menjalani PKPA secara online (untuk beberapa bidang yang terdampak COVID-19) sepertinya harus disyukuri dari berbagai hal yang kami dapatkan selama kuliah. Tentu, apt yang kami dapatkan juga memiliki arti yang bermakna dan akan selalu terkenang. Teruntuk teman-temanku, aku harap kalian bisa mengamalkan ilmu yang telah didapatkan selama kuliah dan bisa menjadi pribadi yang berguna bagi kemajuan kehidupan kesehatan Indonesia.

Di akhir tahun 2020 kemarin, aku berhasil mendapatkan pekerjaan pertamaku. 19 hari sebelum disumpah menjadi apoteker, aku resmi menjalani hari pertama bekerja. Menjadi praktisi di bidang industri, di daerah Jawa Barat, di perusahaan industri obat, obat tradisional, dan suplemen kesehatan kelas menengah. Mungkin hal ini sangat tidak pernah terpikirkan, bagaimana bisa seorang Achin yang dulunya memilih farmasi untuk menghindari fisika (yang ternyata ilmu fisika cukup berperan di sini), malah memilih bidang farmasi dengan kadar fisika yang cukup banyak untuk menjadi penjajakan karir utamanya. Dunia bisa sebercanda itu, namun kembali lagi dengan tagline andalan "rejeki siapa yang tau", bukan? Sejauh ini, setelah 2 bulan menjalani kehidupan setelah perkuliahan, bisa dibilang banyak sekali yang aku dapatkan. Dari mulai belajar adaptasi dunia kerja, mengulik lebih jauh terkait pekerjaan (kebetulan jobdesk ku adalah bidang yang tidak terlalu disinggung di perkuliahan), dan juga belajar untuk mengenal lingkungan yang jauh berbeda scope nya (pendidikan, umur, jabatan). Sungguh, manusia memang kodratnya adalah tidak pernah berhenti belajar, dan belajar jelas tidak hanya di bangku sekolah memang benar adanya. Semangat untuk kalian, yang baru memulai menjajaki dunia kerja sepertiku! Mari berjuang menjadi generasi milenial yang memiliki berbagai tuntutan, untuk terus bertahan dan hidup.

Hidup memang tidak terbatas pada satu zona nyaman saja. Di post terakhir, aku mengatakan bahwa "apabila aku masih di Malang". Dan ternyata, lagi-lagi aku harus pergi meninggalkan kota kelahiranku untuk meningkatkan value diri, hanya saja kali ini berada dalam jarak yang cukup jauh. Setelah setahun terakhir, selama 2020, menikmati indahnya berada di rumah kini aku harus kembali menjadi anak perantauan. Cukup berat, mengingat jarak dan kultur yang cukup berbeda, tapi aku tidak merasa pilihanku ini salah atau harusnya tidak kuambil. We learn by doing, right? Sisi positifnya, aku bisa merasakan "mudik setahun dua kali" seperti teman-temanku yang cukup berani mengambil langkah kuliah jauh dari rumah, dan pastinya akan ada banyak pelajaran hidup yang bisa kuambil. Selain itu, aku juga bisa memperpendek jarak dengan Faizal, meskipun masih terhitung cukup jauh (kurang lebih 100 km). Yah, di umur yang masih muda ini, kalau tidak mencoba semua bisa jadi kita akan menyesal nantinya, kan? Selagi ada kesempatan, mari kita coba apapun yang ada dan menjalaninya dengan sepenuh hati :)

Well, mungkin sekian dulu bacotan dari anak piyik ini. Selalu, dan masih belum tergoyahkan, menulis di blog ini adalah stress reliever yang cukup baik. Semoga aku memiliki waktu yang cukup untuk menulis, karena jelas masih ada banyak hal yang ingin kutuliskan di sini.

Dari aku, yang berjarak 800 km dari rumah.
Ditulis dengan menyambi mendengarkan webinar, demi mendapatkan secuil SKP untuk keprofesian.


All things bright and beautiful, see ya! ^^

Comments

Popular posts from this blog

Foto album di ABM

Kehujanan dan mbolang

About my lovely class, X-Foxgen